Profil Pulau ENGGANO
Propinsi : Bengkulu
Kabupaten : BENGKULU UTARA
Kecamatan : Enggano
Desa : Malakoni
Luas : 7 km2
Letak Geografis : 05° 31? 13? LS dan 102°16? 00? BT
Status Pemilik : -
Klimatologi :
Pulau Enggano beriklim basah tropis yang sangat dipengaruhi oleh laut. Menurut Zona Agroklimat Oldeman, iklim Pulau Enggano tergolong Zona Agroklimat B-1, dimana curah hujan pada bulan kering < 200 mm dan pada bulan basah > 200 mm. Berdasarkan data BMG Bengkulu, curah hujan rata-rata 222,8 mm, kelembaban udara 82,0%, suhu udara 26,50 C dengan kecepatan angin 2,1 m/det.
Biogeofisik :
Terumbu karang di Pulau Enggano tersebar di perairan Tanjung Lakoaha, Tanjung Kioyeh, Tanjung Keramai, Tanjung Labuha, Tanjung Kahabi, Teluk Harapan dan Koana, sekeliling Pulau Dua, Pulau Merbau dan Pulau Satu. Terumbu karang yang ada di Pulau Dua didominasi oleh Abiotik (45,33%), DCA (45,67%), karang non-acropora (5,67%) dan fauna (3,33%). Ikan karang yang dijumpai seperti Chaetodon reticulatus, C. barronesa, C. vagabundus, Zanclus cornutus dan Paracanthurus hepatus. Persentase tutupan karang hidup untuk lokasi ini yaitu 5,67% dan yang sudah tergolong pada kategori rusak/buruk sebanyak 0-24,9%. Pada lokasi Kahyapu terumbu karang didominasi oleh DCA (40.00%), abiotik (37,33%), karang acropora (12,34%), karang non-acropora (8,33%) dan fauna (2%). Tutupan karang hidup mencapai 20,67% dan masih termasuk dalam kategori rusak/buruk.
Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar di Indonesia, secara administratif berada di Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Pulau dengan luas wilayah 40 km persegi ini terletak di zona perairan Samudra Hindia pada posisi antara 102,05o BT dan 5,17o sampai 5,31o LS. Sebagai sebuah kecamatan tersendiri, Enggano secara administratif terdiri dari 3 pulau kecil yaitu: Pulau Dua, Pulau Bangkai, dan Pulau Merbau. Kecamatan Enggano terbagi dalam 6 Desa yaitu Desa Kahyapu, Desa Kaana, Desa Malakoni, Desa Apoho, Desa Meok, dan Desa Banjar Sari. Adapun jumlah penduduk di pulau ini sekitar 3.000 jiwa (tahun 2002), yang tersebar di 6 desa tersebut.
Pulau
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan
petani kelapa sawit ini secara ekologi sangat kaya dengan sumber daya
alam, baik yang terdapat di daratan maupun di perairan lautnya. Namun,
ekosistem Enggano sangat rentan rusak, karena struktur pulaunya yang
tersusun dari batu karang dengan ketebalan tanah permukaan sangat tipis,
hanya 1—2 meter saja.
Pulau
Enggano merupakan pulau yang relatif masih alami dan belum banyak
tersentuh oleh agenda-agenda pembangunan. Namun, hal ini justru menjadi
berkah tersendiri bagi pulau ini, karena keaslian kondisi alamnya
relatif masih terjaga.
Di
dalam pulau yang dikelilingi hamparan pasir putih yang sangat luas ini,
terdapat dua obyek wisata yang indah dan cukup terkenal, yaitu Taman
Burung Gunung Nanu’ua dan Pantai Humo. Di Taman Burung Gunung Nanu’ua,
terdapat dua spesies burung langka yang dilindungi oleh pemerintah,
yaitu Burung Kacamata Enggano dan Burung Celepuk Enggano. Selain di
Taman Burung Gunung Nanu’ua, spesies burung sebaran-terbatas itu juga
sesekali dapat dijumpai di lahan pertanian, terutama perkebunan kelapa,
dan lahan-lahan terbuka di sekitar perkampungan.
Selanjutnya
beralih ke Pantai Humo. Pantai yang terkenal dengan hamparan pasir
putihnya yang halus ini memiliki ekosistem laut yang cukup kaya. Di
sepanjang bibir pantai, pengunjung dapat menjumpai banyak kepiting dan
hewan-hewan kecil bercangkang yang berkeliaran secara bebas. Di pantai
ini juga hidup berbagai jenis ikan-ikan kecil berwarna-warni yang sering
berenang di tepi pantai dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Yang
paling sering dijumpai adalah ikan berwarna biru dengan strip
kuning-putih dan ikan berwarna merah dengan variasi putih dan perak di
tubuhnya.
Selain
itu, pantai yang memanjang sekitar dua kilometer dari utara ke selatan,
dengan lebar sekitar 200 meter dari tepi laut ini juga memiliki
kumpulan karang atau oleh masyarakat setempat disebut tubiran yang dapat
digunakan sebagai titian untuk berjalan agak ke tengah laut. Tubiran
yang mirip dermaga ini juga sering digunakan oleh pengunjung dan
masyarakat setempat sebagai tempat memancing. Lokasinya yang menjorok ke
laut membuat tubiran ini menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan laut.
Selain
memiliki dua lokasi wisata yang indah tersebut, Pulau Enggano juga
memiliki keistimewaan lainnya, yaitu hutan bakau yang sangat lebat yang
secara alamiah berfungsi sebagai penahan laju abrasi pantai. Di hutan
bakau ini, hidup beraneka jenis burung, seperti burung pelatuk, burung
pergam enggano, burung beo, burung nuri, burung kakatua, dan berbagai
jenis burung lainnya.
Pulau Enggano terletak di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu, Indonesia.Dari Bengkulu, waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Pulau Enggano adalah sekitar 12 jam dengan menggunakan jalur laut. Namun, perjalanan menggunakan kapal fery menuju Pulau Enggano tidak berlangsung setiap hari, karena kondisi cuaca yang sering labil. Dalam satu minggu, perjalanan menuju Pulau Enggano hanya sebanyak dua kali, itupun seringkali tidak dapat dipastikan harinya, karena faktor cuaca yang labil tersebut. Begitu juga sebaliknya, perjalanan arus balik dari Enggano menuju Bengkulu juga terjadi dua kali dalam seminggu, tentunya dengan kondisi yang sama, jadwalnya dapat berganti-ganti hari karena menggantungkan pada kondisi cuaca.
Bagi pengunjung yang ingin menyambangi dan berkeliling di Pulau Enggano, sebaiknya membawa sepeda motor sendiri. Sebab, di pulau ini satu-satunya angkutan umum adalah sebuah truk dan sebuah bus. Kedua jenis angkutan umum itu hanya beroperasi di hari-hari kedatangan dan keberangkatan kapal saja, sehingga di hari-hari biasa nyaris tidak ada angkutan umum yang beroperasi.
Selain
kekurangan angkutan umum, Pulau Enggano juga belum memiliki fasilitas
penginapan dan rumah makan yang memadai. Kurangannya fasilitas penunjang
dan promosi membuat potensi pariwisata di Pulau Enggano belum banyak
tergarap secara maksimal.
Namun,
pengunjung tidak perlu khawatir akan masalah itu. Penduduk Enggano
merupakan masyarakat yang sangat terbuka dan ramah terhadap pendatang.
Jika ada pengunjung yang belum memiliki kenalan di Pulau Enggano, mereka
tinggal datang saja kepada kepala desa atau kepala suku setempat. Para
pemuka masyarakat tersebut akan memberi tumpangan dan makanan kepada
pengunjung tersebut. Makanan yang biasa disuguhkan masyarakat Enggano
adalah nasi dari padi gogo dan ikan. Ikan selalu menjadi menu utama di
Pulau Enggano karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai
nelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar